Missverstehen

One day, gue pernah jadi saksi mata suatu kejadian. Sekitar jam 4 sore, gue berkunjung ke suatu supermarket--not mean the really supermarket, tapi kayak toko gede gitu lah pokoknya. Waktu gue lagi liat-liat barang di deket kasir, nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ada seorang ibu-ibu nyamperin kasir, marah-marah gitu, dan yang gue denger, orang kasir dan ibu itu saling nyalahin satu sama lain. Awalnya gue nggak ngeh, gak paham ada apaan sebenernya.

Ulik punya ulik, ternyata ibu-ibu tadi marah karena berlanjaannya salah, awalnya dia pesen bahan-bahan masak ke yang punya toko pake list atau sejenis catatan gitu, dan ternyata apa yang ditulis ibu itu gak bisa dibaca sama yang punya toko, karena menurut dia tulisannya itu gak jelas dan akhirnya terjadilah ketidaksesuaian antara apa yang ibu ini inginkan dan dengan yang diberikan oleh si pemilik toko.

Basically, sometimes sifat  manusia yang semacam ini bisa menimbulkan perpecahan baik kecil maupun besar. Gue yang merupakan seorang muslim, gak bisa memungkiri kalau  gue merasa hal sepele kayak gitu bisa aja cuma didasari karena amarah sesaat, rasa gak terima, kurang puas, dan itu gak baik di lain sisi kalau hal itu bisa jadi sumber dosa.

Gue sendiri as a human being. kadang nggak mau juga kalau gue kalah atau kadang gue nggak terima kalau orang lain cuma tahu secuil tentang kita, tapi dia nyalahin kita ini-itu seolah dia tahu segalanya. Sometimes gue juga pernah ngerasa gak terima dan balik nyalahin orang itu. But, dari kejadian tempo hari itu, gue jadi punya satu kesadaran bahwa apa yang menurut gue baik dan bener itu belum tentu baik dan bener juga di mata orang lain. Apa yang gue lakuin belum tentu itu yang pengen dilihat atau didengar sama orang lain.

So, have you guys ever felt the same way?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hectic Is Not End.

Hijab dan Masa Lalu