(actually-not) A Friend

Kalian pernah ngerasain gak sih seberapa sakitnya dikhianatin? Pernah ngerasain gak sih kalau luka karena dikhianatin itu susah hilangnya? Pernah ngerasa gak sih kalau luka kalian cuma bisa kalian pendem karena si pembuat luka enggak merasa melukai? 

Yash, itu yang gue rasain sekarang, ataupun akhir-akhir ini.

When your best friend does not think of you as a friend. It break your heart over and over.

Bisa kalian bayangin gak sih kalau orang yang kalian anggap teman itu enggak berbalik nganggep kalian sebagai teman? Seakan kita terus yang butuh, seakan kita terus yang berharap, seakan kita terus yang minta-minta. SEAKAN KITA ADA CUMA BUAT BINGKAI, BUKAN SEBAGAI OBJEK UTAMA. 

Gue enggak berharap temen gue selalu merhatiin gue, gue enggak berharap mereka selalu ada, gue enggak berharap mereka selalu nolongin gue saat gue kesusahan, it's not that. Gue cuma pengen mereka hidup di dekat gue sebagai teman selayaknya teman. 

Bukan kayak sekarang.

Dia temen gue, tapi (seakan) gue bukan temannya dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Missverstehen

Hectic Is Not End.

Hijab dan Masa Lalu