Penjual Es dan Handphone

Haiiii, semuanyaaaaa.

Selamat Pagi.

Hari ini gue mau membahas soal pengalaman gue dan temen gue yang terjadi sekitar dua atau tiga bulanan yang lalu (lama banget gak sih). Jadi, waktu itu gue sama temen SMP gue pergi main bareng. Awalnya kita pergi ke perpustakaan daerah yang ada di deket tempat tinggal temen gue itu buat belajar karena waktu itu kita sama-sama lagi persiapan buat tes.

Gak terlalu lama di perpustakaan karena perpustakaannya juga udah mau tutup, jadinya gue pergilah ke sebuah tempat bermain yang di sana ada banyak penjual makanan dan minuman, salah satunya adalah penjual es yang gue sebut di judul.

Gue sama dia milih tempat duduk di deket penjual es itu, karena di sana tempatnya teduh dibanding tempat duduk yang lain. Tempatnya gak sekedar kursi tapi juga ada mejanya. Biasanya gue itu adalah orang yang sangat hati-hati kalau lagi ada di tempat umum, gue sangat menjaga keamanan barang-barang gue.

Tapi, pada waktu itu gue santai aja naruh tas gue di meja dengan keadaan terbuka. Karena apa? Karena gue lihat bapak-bapak yang udah lumayan tua dan jualan es di deket tempat nongkrong gue dan temen gue itu kelihatannya baik. Dalam hati gue sangat percaya kalau gak akan ada hal-hal buruk yang dilakukan oleh bapak-bapak itu.

Lama duduk di sana, gue juga sedikit-sedikit agak merhatiin bapak-bapak itu karena posisi dia segaris sama gue jadi gue bisa liat dia. Anehnya, pada beberapa waktu gue melihat tatapan aneh dari bapak-bapak itu waktu ngelirik ke meja gue dan temen gue lebih tepatnya ke tas gue dan tas temen gue yang ada di meja. Gue heran dong. Tapi saat itu gue berusaha mengusir jauh-jauh pikiran buruk karena di awal gue udah percaya kalau bapak ini bukan orang jahat.

Ngerasa udah cukup makan dan minum, gue sama teman gue pergi dari sana dengan keadaan gue yang mendahului dia ke parkiran motor. Akhirnya kita berdua pulanglah ke rumah dia yang deket dari sana.

Sampai di rumahnya gue santai main handphone tapi temen gue itu tiba-tiba ribut sendiri bilang kalau handphone-nya gak ada di tas. Awalnya gue santai aja karena gue beranggapan kalau handphone dia pasti ada di tas, karena hal kayak gini udah sering terjadi padahal handphone-nya cuma nyelip di dalem tas.

Lama kelamaan dia makin ribut gak karuan, ternyata ponselnya dia bener-bener gak ada di sana. Akhirnya dia ambil kunci motor mau balik ke taman tadi, soalnya dia inget kalau mungkin aja handphone-nya masih ada di meja tadi. Dia enggak mau gue temenin jadinya dia pergi sendirian.

Setelah sekitar 20 menit kemudian, gue sadar kalau dia belum juga balik. Padahal kalau handphone-nya beneran masih ada di meja, dia tinggal ambil, dan pulang yang itu gak akan memakan waktu lama, harusnya kalau semua lancar itu cuma butuh sekitar 10-an menit.

Akhirnya temen gue itu balik deh ke rumah, dia datengin gue dengan muka yang kelihatan 'kayaknya ada yang gak beres'. Dia bilang kalau handphone-nya masih ada, tapi diambil sama bapak-bapak penjual es yang ada di deket meja kita tadi, dan bapak itu minta tebusan kalau mau handphone-nya balik.Gue langsung mikir dong, ternyata tatapan aneh yang gue lihat tadi itu bukan tanpa arti.

Akhirnya gue ikut sama dia karena kali aja gue bisa bantu ngebujuk bapaknya itu untuk balikin handphone temen gue tanpa tebusan. Sampai di sana, temen gue langsung ngasih uang 20.000 yang gue yakin bapak itu gak akan terima. Dan ternyata bener, woy.

"Kayaknya handphone di zaman sekarang itu harganya lumayan mahal ya," kata bapak itu waktu di kasih uang 20.000 sambil ngamatin handphone temen gue yang ada di tangannya.

Dia kayak ngerendahin banget, woy. Terus gue kayak mikir, data yang yang ada di dalem handphone itu lebih berharga dibanding harganya.

Terus waktu itu ada seorang laki-laki kayak berumur sekitar 20-an tahun datengin kedai bapak itu dan kalau dilihat-lihat dia kayaknya mau beli minuman di bapak itu. Akhirnya temen gue ngasih 50.000 dan bapak itu nyahut lagi "Tahu kan, Mbak. Kalau handphone ini tadi gak saya simpen, pasti ada orang lain yang bakal nyuri handphone ini."

Tapi nyatanya bapak sendiri yang nyuri handphone temen saya, gue teriak dalam hati.

Laki-laki yang berdiri di deket kedai bapak itu tadi cuma diem ngamatin, padahal gue tahu dari gerak matanya kalau dia itu sadar apa yang lagi terjadi dan dia cuma diem aja gak nolongin. What the hell, man? 

Akhirnya setelah gue dan temen gue ngebujuk bapak itu beberapa kali, dia mau balikin handphone temen gue dengan dia menerima uang 150.000 dari temen gue. Tapi belum selesai sampai situ, dia juga minta alamat temen gue. Gue heran dong, gue terus mikir apakah bapak ini mau minta uang tebusan lagi dengan datengin rumah temen gue. Gue gak habis pikir.

Intinya itu jadi pelajaran banget sih buat gue. Dont judge book by it covers itu ternyata bener adanya. Kita itu gak bisa langsung menilai dengan akurat karakter seseorang cuma dengan sekali lihat, ternyata kita juga perlu tahu gerak-geriknya dia untuk bener-bener tahu karakter orang itu kayak gimana.

Selama ini gue menilai banyak orang dengan sekali lihat, gue bisa langsung tahu karakternya dia, dan itu akurat. Tapi kali ini kayaknya Allah mencoba menyadarkan gue kalau kemampuan gue itu gak ada apa-apanya dibanding kekuatan Allah yang maha, maha, dan maha. Karena kita cuma bisa mengira-ira sedangkan yang tahu kebenarannya hanya Allah semata.

Sekian dulu untuk kali ini, hope you enjoy dan semoga tulisan gue ini bermanfaat. See you :)